Peralihan Konsumen: Dari Pertamax ke Pertalite

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengungkapkan bahwa sekitar 5% pelanggan Pertamax telah beralih ke Pertalite. Fenomena ini muncul di tengah dugaan kasus pengoplosan bahan bakar minyak (BBM) yang melibatkan Pertamina. Isu ini menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat terkait kualitas BBM yang mereka gunakan.

Dugaan Pengoplosan BBM: Skandal yang Terungkap

Kejaksaan Agung tengah melakukan penyelidikan terkait tata kelola minyak mentah dan produk kilang di lingkungan subholding Pertamina. Kasus ini mencuat setelah ditemukan indikasi bahwa BBM RON 92 yang seharusnya menjadi Pertamax ternyata dibuat dengan mencampurkan BBM RON 90 (setara Pertalite) di fasilitas penyimpanan. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar tentang kualitas dan keaslian bahan bakar yang dijual kepada masyarakat.

Kepercayaan Konsumen Menurun, Penjualan Pertamax Anjlok

Dampak dari isu ini sangat terasa. Data menunjukkan bahwa penjualan Pertamax mengalami penurunan sebesar 5% pada 25 Februari 2025. Konsumen mulai kehilangan kepercayaan terhadap produk Pertamax dan memilih alternatif lain, baik dengan beralih ke Pertalite maupun ke SPBU swasta yang dianggap lebih transparan dalam kualitas BBM yang mereka tawarkan.

Ratusan Aduan dari Masyarakat, LBH Jakarta dan CELIOS Turun Tangan

Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta bersama Center of Economic and Law Studies (CELIOS) telah menerima 426 pengaduan dari masyarakat terkait dugaan pengoplosan BBM ini. Banyak konsumen merasa dirugikan, baik dari sisi kualitas bahan bakar yang mereka beli maupun dampak terhadap performa kendaraan mereka. Kasus ini menyoroti urgensi perbaikan tata kelola energi serta perlindungan hak konsumen di Indonesia. (Sumber: Industri.Kontan.co.id)

Klarifikasi Pertamina: Tidak Ada Manipulasi RON, Hanya Penambahan Aditif

Di tengah ramainya pemberitaan ini, Pertamina memberikan klarifikasi bahwa BBM jenis Pertamax RON 92 yang mereka jual sudah sesuai dengan spesifikasi. Mereka menegaskan bahwa tidak ada proses perubahan research octane number (RON) yang dilakukan. Namun, mereka mengakui bahwa untuk Pertamax RON 92, terdapat proses penambahan aditif dan pewarna melalui metode injeksi blending sebelum dijual ke masyarakat. (Sumber: BloombergTechnoz.com)

Kesimpulan: Transparansi Energi Jadi Sorotan

Kasus ini membuka mata publik akan pentingnya transparansi dan integritas dalam pengelolaan energi di Indonesia. Konsumen berhak mendapatkan informasi yang jelas dan jaminan kualitas terhadap produk yang mereka beli. Investigasi mendalam masih berlangsung untuk memastikan apakah ada pelanggaran dalam kasus ini, serta mencari solusi agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan.